Asta Tinggi memiliki 7 kawasan
1. Kawasan
Asta Induk, terdiri dari :
·
Kubah Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I,
·
Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro ( Bendoro
Saod ),
·
Kubah Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III (
Pangeran Akhmad atau Pangeran Djimat ) , yang kubahnya tersebut berasal dari
Pendopo Kraton Pangeran Lor/Wetan,
·
Pangeran Pulang Djiwo yang kubahnya tersebut juga
berasal dari Kraton Pangeran Lor/Wetan,
·
Pemakaman Istri-istri serta selir Raja-Raja Sumenep,
2. Kawasan
Makam Ki Sawunggaling Konon diceritakan bahwa K. Saonggaling adalah pembela
Kanjeng Tumenggung Ario Tirtonegoro (Bendoro Moh. Saod) pada saat
terjadinya upaya kudeta/perebutan kekuasaan oleh Patih Purwonegoro),
3. Kawasan Makam Patih Mangun,
4. Kawasan
Makam Kanjeng Kai/Raden Adipati Suroadimenggolo Bupati Semarang (mertua
Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I),
5. Kawasan
makam Raden Adipati Pringgoloyo / Moh. Saleh, dimana beliau tersebut pada
masa hidupnya menjabat sebagai Patih pada
Pemerintahan Panembahan Somala dan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I,
6. Kawasan
Makam Raden Tjakra Sudibyo, Patih Pensiun Sumenep,
7. Kawasan
Makam Raden Wongsokoesomo.
Arsitektur
Makam
Arsitektur Makam dalam kompleks ini sedikit banyak
dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan yang berkembang pada masa Hindu. Hal
tersebut dapat dilihat dari penataan kompleks makam dan beberapa batu nisan
yang cenderung berkembang pada masa awal islam berkembang di tanah Jawa dan
Madura. Selain itu pengaruh-pengaruh dari kebudayaan Tiongkok terdapat pada
beberapa ukiran yang berada pada kubah makam Kanjeng Tumenggung Ario
Tirtonegoro, makam Kanjeng Tumenggung Ario Cokronegoro III dan makam Pangeran
Pulang Djiwo.
Selain itu pengaruh Arsitektur Eropa mendominasi
bangunan kubah makam Sultan Abdurrhaman Pakunataningrat I dan Makam Patih
Mangun yang ada diluar Asta induk. Dalam kawasan kubah makam Sultan Abdurrahman
Pakunataningrat I, Seluruh bangunnannya dipengaruhi gaya arsitektur klasik,
kolom-kolom ionic masih dipakai dibeberapa tempat termasuk juga pada Kubah
Makamnya.
Mitos makam
Pangeran Dipenogoro di Kompleks Asta Tinggi
Keberadaan Makam Pahlawan Nasional "Pangeran
Dipenogoro" di Kawasan Kompleks makam Asta Tinggi dijelaskan dalam Babad
Sumenep yang ditulis oleh R. Werdhisasta sebagai berikut :
Kaotja’a radji patmèna Soltan èngghâpanèka pottrèna
Kyaè Adipati Soeroadimenggolo, Boepatè Samarang ; mèlaèpon nalèka perrang
Dhipanaghârâ, serrèng Kandjeng Soltan aperrang sareng bhâlâ-bhâlâna dhibi’ dâri
Samarang, sè padâ noro’ dâ’ Pangèran Dhipanaghârâ. Abiddhâ
Kandjeng Soltan Songennep sè aperrang è Djhoekdjakarta 19 boelân, pas ghoebhâr
ka Songennep. Dhinèng bhâlâ pandjhoeriddhâ èdhingghâl è Djhoekdjâ kantos
saoboessa perrang. Sè dhâddhi kapalana pandjhoerit Songennep èngghâpanèka tra-pottrana
kandjeng Soltan, bânnja’na kaempa :
·
Pangèran Koesoema Senaningalaga, Kolonel Commandant
pandjhoerit Songennep,
·
Pangèran Koesoema Sinrangingrana, Luitenant Kolonel
Infanterie,
·
Pangèran Koesoema Soerjaningjoeda, Majoor Artilerie
(èsebboet Pangèran Marijem ),
·
Pangèran Tjandranimprang, Majoor Cavalerie.
Abiddhâ perrang è Djhoekdjakarta 5 taon, oboessa ètaon
1830. Pangèran Dhipanaghârâ èallè dâ’ Songennep ................
Selain petikan babad tersebut, dijlaskan juga bahwa
Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I pernah memberi wasiat kepada seluruh
keturunan abdi dalem keraton dan para sentana keraton Songennep, dengan
memberikan nama kepada para penjaga Asta Tinggi seperti Kaji Sèngnga, Kaji
Buddhi, Kaji Nangger, Kaji Makam, Kaji Jhâjâbângsa, Kaji
Jhâjâaddur, Kaji Sekkar, dan Kaji Langghâr. Bilama nama-nama
tersebut dirangkai dirangkai maka akan terjadi suatu kalimat yg berbunyi
sebagai berikut : “Sènga’ sopajâ èkatao-è, jhâ’ è buḍina Asta tèngghi
arèya baḍa bungkana nanggher, è seddhi’na nanggher bâḍâ kobhurânna orèng sè
abillai kajhâjâ-ân bhângsa tor abhillai agâma. Ngarep sopajâ èsekkarè
(diziarahi), mon ta’ sempat, kèbâ kèyaè soro duwâ’âghi”.
yang artinya :
Awas, supaya diketahui, bahwasanya dibelakang Asta
Tinggi ini ada sebatang pohon angger dan disebelahnya ada kuburan seseorang
yang membela kejayaan bangsa dan agama. Mohon supaya diziarahi, dan bilamana
tidak sempat, bawalah seorang kiyai untuk didoakan.
Upaya
pengeboman kawasan Asta Tinggi oleh tentara penjajah
Disebutkan dalam buku Perjalanan dari Soengenep ka
Batawi, karya Raden Sastro Soebrata terbitan Balai Pustaka tahun 1920.
Konon memuat cerita, bahwa kawasan makam asta tinggi pernah dilakukan
pengeboman jarak jauh (dari atas kapal laut di Kalianget) oleh tentara Inggris
karena mengira bahwa bangunan tersebut adalah istana kerajaan. Namun demikian,
pengeboman tersebut tidak sampai menghancurkan asta tinggi karena jatuh di luar
kawasan.








0 komentar:
Posting Komentar